top of page
Writer's pictureVicario Reinaldo

Kenapa karyawan terbaik cabut meskipun udah digaji tinggi? | #34



Karyawan resign udah ga jadi hal yang asing sih sebenernya

Apalagi generasi sekarang cenderung mudah pindah kerja

Sayangnya yang cabut itu kadang adalah high performer

Orang orang yang proaktif, bisa deliver, dan punya pemahaman organisasi


Sehingga ini menjadi sebuah kehilangan buat perusahaan

Yang bikin menarik

Ga sedikit yang resign tanpa ada plan ke depannya

Ga sedikit yang gajinya gede tapi memilih resign


Ada juga yang rela mendapat bayaran lebih rendah di perusahaan lain

Ada juga yang mulai dari nol bangun usaha sendiri

Di episode ini gue akan bahas dalam 3 part

  • Kenapa hal ini terjadi?

  • Apa yang bisa dilakukan karyawan?

  • Apa yang bisa dilakukan perusahaan (manager, HR, dan owner)?

Let’s unpack this


Part I: Kenapa hal ini terjadi


1. Semakin jelasnya apa yang dicari di karier

Ketika COVID, kebanyakan dari kita menghabiskan waktu di rumah

Situasi ini bikin kita jadi punya banyak waktu luang

Biarpun waktu luangnya dipakai untuk scrolling Tiktok dan nonton netflix


Tetap aja ini membuat kita mendapatkan insight lain seperti

  • Enak juga kerja di rumah ga harus macet macetan ke kantor

  • Nyamannya bisa spend time sama keluarga

  • Kerja juga bisa fokus karena ga dikit dikit ditowel sama temen sebelah

Realisasi ini ga langsung bikin mau resign


Tapi ini membuat kita merasakan pengalaman baru di dunia kerja

Gue personally happy banget bisa ngerjain kerjaan kompleks di luar Jakarta

Something yang ga gue bayangkan sebelumnya

Ditambah lagi, pas covid spending kita kecil


Ga bisa travel, ga bisa nonton konser, dan ga beli barang mahal karena ga bisa dipamerin juga

Makin ngeh juga kalau kita bisa merasakan bahagia tanpa uang yang berlebihan


2. Semakin banyaknya opsi yang tersedia

Beberapa tahun ini ada profesi yang dulu dipandang sebelah mata

Namun kini jadi bermunculan

Gue coba share beberapa yang gue kepikiran


Freelancer

Dulu freelancer erat dengan pekerjaan seperti designer dan translator

Sekarang hampir semua lini ada potensi freelancingnya

Di beberapa keahlian yang langka, company ga segan untuk bayar dengan harga yang kompetitif

Thanks to COVID, company lebih open ngehire kontraktor yang kerja remote


Content creator

Dulu orang mengira jadi content creator itu cuma lucu lucuan aja

Tapi sekarang semakin banyak creator yang bisa full time bikin konten

Mungkin saat ini kebanyakan masih creator yang followernya ratusan ribu ke atas

Tapi gue ga heran kalau ke depannya dengan follower ga sebanyak itu pun

Creator bisa jadi pekerjaan full time yang layak


Bikin bisnis

Akses terhadap pendidikan bisnis makin ada dimana mana, even youtube

Kalau ga banyak musuh, bisa pinjem duit dari kerabat

Kalau disiplin finansial, bisa pake duit tabungan buat mulai

Mau jualan juga bisa ekspor dari China dan jual di marketplace


Kerja di luar negeri

Gue ikutan happy ngeliat banyak orang di circle gue dapat kerja di luar negeri

Kerja di luar negeri bukan sekedar masalah duit

Melainkan kebanggan, exposure, dan pengalaman baru

Ga heran company local yang gajinya competitive pun kalah saing sama yang bergaji dollar


3. Semakin rumitnya kondisi internal perusahaan

Beberapa tahun ke belakang ada beberapa perubahan yang gue observe


Tech Company

Tech company awalnya dikenal sebagai tempat kerja dengan culture yang baik

Saat ini banyak tech company mengalami tantangan untuk bisa bertahan dan sukses


Strategi growth at all cost udah ga menarik di mata investor dan mereka diminta untuk profit

Ini tentu aja berpengaruh terhadap culture yang awalnya lebih bebas menjadi lebih ketat


Perusahaan konvensional

Perusahaan konvensional juga dituntut untuk bisa melakukan transformasi

Baik itu transformasi secara digital, agile, dan menggunakan AI


Belum lagi adanya konflik lintas generasi yang kadang membuat sakit kepala

Ga heran perlu dilakukan evaluasi secara berkala mengenai cara kerja yang sesuai


Perusahaan jasa

Situasi ini juga berimbas kepada perusahaan yang menawarkan jasa

Dengan klien yang semakin hati hati untuk spending, perusahaan jasa dituntut untuk memberikan penawaran yang oke

Mulai dari penawaran di luar domain expertise sampai pemberian diskon spesial

Kadang ini mengakibatkan karyawan harus lembur dan go extra miles


Now what?

Setelah kita on the same page akan situasi saat ini, apa nih yang bisa kita lakukan?

Gue akan bagi untuk karyawan dan untuk perusahaan, terutama manager dan HR


Part II: Apa yang bisa dilakukan karyawan


Sebagai karyawan sangat mudah kita membuat keputusan impulsif

Keputusan impulsif itu bukan sekedar impulsif resign loh ya

Bisa jadi juga kita impulsif untuk stay padahal kita udah ga cocok

Nah gue mau menawarkan 3 saran disini


1. Cari tahu apa ni prioritas karir lo saat ini

Ini step yang jarang dilakukan secara intensional

Kebanyakan dari kita kemakan apa kata orang lain

Padahal jalur karier itu personal

Balik lagi ke diri kita sendiri apa yang kita cari saat ini

Dan apa yang rela kita korbankan untuk mendapatkannya


Gue personally merasa umur 20-30 itu waktu buat bangun pondasi karier

Cari pekerjaan yang mempertajam skill dan gue rela lembur supaya perform

Cari mentor yang bisa kasi gue wisdom dan gue rela kerja keras buat dia

Cari tau apa yang gue suka di kerjaan dan gue rela untuk coba berbagai hal


Kalau lo lihat, uang bukan prioritas gue di umur 20-30an

Gue ada di posisi ga harus nanggung orang tua, belum berkeluarga, dan belum ada rencana KPR

Gue share prioritas karier gue hanya untuk referensi, bukan untuk lo copy mentah mentah

So sesuaikan dengan apa yang lo cari saat ini


2. Validasi pemahaman lo akan karier yang lo pilih

Kita beruntung hidup di zaman internet

Cari informasi jadi makin gampang

Hanya saja sekarang masalahnya bergeser

Gimana kita cari informasi yang akurat


Seringkali informasi yang publicly available itu sifatnya ekstrim

Di satu sisi kita bisa lihat para pebisnis enak ya tinggal nyuruh orang

Di sisi lain kita liat kok budak korporat kerja terus ampe tipes

In reality both bangun bisnis dan kerja kantoran ada pro dan cons nya


Ketika kerja kantoran kita akan dealing with politik kantor, enaknya dapat stabilitas pemasukan

Freelancing akan dealing dengan income fluktuatif, enaknya bisa kerja kapan aja dimana aja

Content creator akan dipermainkan sama algoritma, enaknya bisa berekspresi secara bebas


Pebisnis ngurus supplier dan karyawan dengan 1001 masalahnya, enaknya bisa nyuruh orang

Lulus S2 dari luar negeri belum tentu langsung dapat kerja, enaknya bisa tinggal di luar


Semua tipe profesi ini ada enak dan ga enaknya

Semua tergantung sama apa yang lagi lo cari dan kesulitan apa yang mau lo tanggung

So please, cari tahu dan jangan sampe lo kemakan omongan orang

Termasuk omongan gue juga


3. Cari cara untuk menikmati prosesnya

Sejak pertama berkarier gue agak terganggu dengan istilah TGIF (Thanks God Its Friday)


Seakan akan kita kerja itu buat menunggu weekend

Di sisa hari kita fokusnya adalah just do it

Suka ga suka ga masalah so long you can pay the bill

Kita semua butuh duit untuk memenuhi kebutuhan kita

Kita juga didoktrin untuk kerja ya kerja aja


Even kita ketidakhappian kita di tempat kerja sering dijustifikasi dengan statement ini

“Kalau ga happy ya wajar namanya juga kerja”

Tanpa sadar inilah yang nambah beban kita di pekerjaan

Tidak hanya kita harus mendeliver business result


Kita juga melakukan menekan perasaan

Ga heran kalau pas pulang ke rumah kita suka kebawa emosi di tempat kerja

This topic can be a blogpost in itself

Disini gue cuma mau menyarankan untuk mencoba bikin hari hari kita lebih menyenangkan

Gue udah cover in greater detail di post ini dan ini


Part III: Apa yang bisa dilakukan perusahaan (HR, Manager, dan Owner)

Kalau lo adalah Manager, HR, dan Pemiliki Organisasi, ini rekomendasi gue


1. Menerima pergeseran di dunia kerja

Buat kita yang udah kerja lebih dari 5 tahun tentunya ingat zaman kita berkarir dulu berbeda

Hampir semua kantor work from office

Atasan cenderung lebih mengatur


Cara untuk bisa berprogress hanyalah dengan memanjat tangga karier

Kalau orang resign dianggap sebagai hal buruk

Kalau kita maksain dengan sudut pandang berdasarkan “zaman dulu” kita malah akan frustrasi sendiri


Sebagai HR, Manager, dan Pemilik Perusahaan ini saatnya kita belajar berbesar hati

Disini gue ga bilang lo harus membiarkan high performer lo cabut

Gue mengajak lo untuk memahami, instead of menghakimi, apa sih yang bikin mereka cabut


Lalu mencoba untuk mengakomodir kebutuhan tersebut selama within your capacity

Sebagai manager, ketika kita ga bisa naikin gaji atau ngasi promosi, kita bisa coba kasi non financial reward

Kita bisa ngasi dia project penting yang bikin dia grow DAN support dia along the way


Ngasi kesempatan untuk ikut training leadership

Ga ngerecokin pekerjaannya dengan micromanage

Ngasi kelonggaran jam kerja selama kerjaannya kelar


2. Membangun kultur keterbukaan

Untuk bisa lebih paham dengan kemauan high performer, maka kita perlu membangun relasi yang baik

Tanpa ada relasi yang baik, high performer akan diam kalau tidak puas

Lalu pelan pelan apply kerja di perusahaan lain atau bangun bisnis on the side


Ketika udah ga tahan akan langsung cabut aja

Kalau udah di fase ini, udah agak terlambah sih buat perusahaan untuk meretain

Kalaupun ga terlambat, yang ada perusahaan malah melemparkan uang ke masalah ini


Dengan memberikan counter offer berupa gaji yang lebih baik

Itu aja biasanya ga tahan lama juga

Sebagai manager dan HR, yuk berikan keamaanan psikologis bagi para high perfomer untuk share aspirasi karier mereka

Ketika mereka bilang mereka mau bangun bisnis, ga perlu buru buru panik


Cari tahu terus gimana caranya kita bisa mendesign kesempatan yang selaras mungkin dengan kebutuhan kariernya

Bisa dengan ngasi dia kesempatan untuk jadi P&L Owner dari existing business atau ngelead pembuatan bisnis baru


Melalui pendekatan ini akan ada yang cabut dan ada yang stay

Kalau sebagai perusahaan kita udah melakukan yang terbaik, kita ga perlu marah

Justru kita harus bangga karena perusahaan kita bisa menciptakan pemimpin baru

Yang karyanya ga hanya untuk perusahaan kita tapi juga untuk industri dan perekonomian negara


3. Memberikan visi misi dan budaya kerja yang oke

Kita mulai dengan terminologi dulu ya

Visi itu menjelaskan tentang arahan besar organisasi

Misi menjelaskan strategi yang akan kita lakukan untuk mencapainya

Budaya kerja adalah kebiasaan yang dilakukan sehari hari


Gue percaya setiap organisasi itu punya ketiganya

Sayangnya kadang kurang dipikirkan dengan saksama

Dan tidak dikomunikasikan secara berkala

Bagian tersulit biasanya adalah menghidupi alignment di antara hal hal tersebut


Misalnya, company memiliki visi untuk memberikan dampak sosial dengan menggunakan teknologi

Tapi secara budaya kerja bahkan ga memberikan lingkungan kerja yang aman dan nyaman untuk para karyawannya


Gue sering membantu perusahaan membangun visi misi dan budaya

Gue juga sedang melakukannya untuk perusahaan gue sendiri

Gue paham betul ini sulit

Kalau perusahaan lo belum ada disini, gapapa banget

Gue cuma mau mengajak lo untuk mulai memikirkan hal ini di luar short term goal


Closing

Post hari ini lebih panjang dari biasanya

Gue harap bisa memberikan gambaran yang utuh baik dari sisi perusahaan, karyawan, maupun tren dunia kerja

Semoga post ini memberikan lo perspektif baru yang bisa membantu lo untuk mengambil keputusan yang lebih bijak ke depannya


Kalau lo berminat untuk mengundang gue untuk deliver sesi di kantor lo, silakan isi form ini dan ceritain kebutuhan lo seperti apa

Best of luck buddy!

4 views0 comments

Comments


bottom of page