top of page

Individual Development Plan : framework belajar ala pekerja kantoran (Free Template Included) | #16



Ketika mendengar kata '“belajar”, apa yang ada di pikiran lo?

Kalau lo seperti kebanyakan orang, kemungkinan yang lo bayangkan adalah

  • Duduk mendengarkan guru / dosen mengajar

  • Membaca buku, artikel, maupun ebook

  • Menonton video youtube tutorial


Wajar banget kalau lo memikirkan hal di atas

Belajar sangat erat kaitannya dengan mengonsumsi informasi

Itulah yang ditanamkan ke kita selama bangku sekolah


Ketika kita mulai bekerja, definisi belajar jadi bergeser

Kita memilih pekerjaan dimana kita bisa belajar

Kita mencari mentor supaya kita bisa belajar

Kita mengikuti training perusahaan supaya bisa belajar


Kalau lo beruntung, lo punya manager yang mikirn proses belajar lo di kantor


Dia akan milihin project yang sejalan dengan tujuan perusahaan dan aspirasi belajar lo

Dia akan kasi lo input mengenai hard skill dan power skill supaya lo makin efektif

Dia juga akan rekomendasi training, buku, dan website apa yang sebaiknya lo kulik


Kalau lo ga punya manager yang lakuin itu buat lo, ga masalah

Itu artinya kesempatan buat lo untuk belajar proaktif untuk merencanakan pengembangan diri lo

Gue akan bantu lo dengan sharing framework, cara memakainya, dan juga template yang bisa lo gunakan

Introducing: Individual Development Plan

Individual Development Plan bisa bantu lo merencanakan karir dan pengembangan diri yang ingin lo capai.

Kerangka kerja ini dibuat pada 1980-an dengan melibatkan 200 eksekutif untuk mencari tau kunci kesuksesan karir mereka.

Hasilnya:

  • 70% Pembelajaran dari pengalaman Belajar dari pengalaman langsung (on the job learning)

  • 20% Pembelajaran sosial Belajar dari interaksi dengan orang lain. Bisa dengan mendapat feedback dari mentor, manager atau peer

  • 10% Pembelajaran formal Belajar terstruktur dari course, sekolah, atau pelatihan

Pengalaman langsung memberi kontribusi paling besar, sedangkan pembelajaran formal memberi pengaruh paling kecil.



Lalu bagaimana memanfaatkan framework ini untuk membuat career plan?


Step 1: Tentukan titik awal dan titik akhir

Kalau kita mau melakukan perjalanan, kita biasanya ngecek petanya melalui Google Maps.

Semakin jelas titik awal dan titik akhirnya, maka semakin akurat petanya. Sehingga kita bisa memilih rute tercepat yang bisa ditempuh.


Jadi tanyakan 2 hal ini?

  • Di mana posisi lo sekarang?

  • Di mana tujuan yang ingin lo capai?


Contohnya:

From: Gue sekarang junior sales representative yang fokus mendapatkan konsumen.

To: Jadi marketing sales manager yang membuat strategi marketing, memimpin tim kecil, dan memastikan tim berhasil mencapai target penjualan.


Note:

  • Tujuan yang dimaksud bukan tujuan akhir, tapi tujuan besar yang ingin lo capai in short term

  • Bisa diskusi sama manager atau mentor yang lo percaya

Step 2: Kumpulkan Data

Dari framework tadi, kita bisa membuat rencana untuk menyiapkan komposisi yang tepat untuk 3 hal ini.

  • On the job training seperti apa yang perlu dilakukan untuk mencapai target

  • Interaksi sosial seperti apa yang perlu dibangun untuk mencapai target

  • Pendidikan formal apa yang butuh dijalanin untuk mencapai target.

Karena dari 3 hal tadi, pengalaman langsung jadi aspek paling penting dan signifikan, lo bisa beri fokus lebih dan perdalam di sini.

Cara mencari tau seperti apa pengalaman langsung yang lo butuhkan bisa dengan observasi dan wawancara expertise di bidang lo.


Cari tau pengalaman fungsional dan manajemen yang dia punya

  • Fungsional: tugas-tugas spesifik di bidang tersebut. Misalnya mendapat pembelian, membuat marketing content, membuat strategi penjualan, dls.

  • Manajemen: mengelola tim Misalnya mengelola tim di startup, corporate, dan lainnya

Step 3: Bikin Rencana Pembelajaran

Dari data yang sudah terkumpul, buat list pengalaman mana yang cocok dengan konteks lo.

Buat prioritas dari yang paling penting sampai kurang penting.

Dengan list tadi, lo bisa mulai perjalanan karir lo dengan fokus melakukan pembelajaran-pembelajaran yang lo butuhkan.

Lo bisa buat dengan template di bawah ini



Kalau dari proses perencanaan ini lo menemukan bahwa lo membutuhkan untuk mengikuti training, lo bisa mempertimbangkan untuk undang gue ke kantor lo

Silakan isi form di halaman ini ya untuk kabarin gue kebutuhan lo seperti apa


Closing Thoughts

Salah satu kekhawatiran gue ketika memutuskan ga kerja kantoran lagi adalah gue ga bisa belajar dengan efektif


Dengan punya individual development plan, gue tetep bisa belajar dengan efektif tanpa perlu bergantung sama manager gue

Gue harap, framework ini akan membantu lo juga supaya bisa belajar dengan efektif


Kalau lo mau minta input dari gue, silakan kirim IDP yang udah diisi ke email ini ya

Gue akan review dan kasi lo input

Best of luck, buddy!


Content of The Week

Podcast - Karir Mentok? Apa perlu ganti karir? | Youtube | Spotify | Noice

Belakangan ini gue sering banget dapat pertanyaan soal career switching. Di episode ini gue sharing cara merencanakan career switching, ngobrolin topik ini sama manager kita, dan juga menentukaan saat yang tepat untuk pindah. Simak di Episode Pertama Career Buddy Podcast

Kalau kita googling skill apa aja yang sebaiknya dimiliki manager, pasti kita akan menemukan daftar yang panjang. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan gue selama ini, ada 5 skill paling penting yang wajib dimiliki manager.

Meeting itu sering dianggap aktivitas yang malesin dan buang-buang waktu. Gak heran karena pada prakteknya banyak yang mengadakan meeting yang tidak menghasilkan progress apa-apa. Gue merangkum 10 tips untuk membuat meeting lo produktif.

Dulu gue sebel kalo punya bos yang micromanage. Karena gue ngerasa gak dipercaya, ga punya otonomi di kerjaan, dan jadi stres karena tiap hari dimintain update status. Setelah ngobrol sama HRD, gue jadi sadar kesalahan gue selama ini.

1 view0 comments

Comentarios


bottom of page