Termasuk studi kasus waktu gue ada di persimpangan karir
Sejak lulus kuliah 9 tahun yang lalu, gue pernah kerja di 4 perusahaan
Even di kerjaan terakhir gue, gue bisa stay lebih dari 5 tahun
Bukan karena gue berencana demikian
Melainkan dari hasil evaluasi, gue belum menemukan alasan yang kuat untuk cabut
Di episode kali ini gue akan jelasin step by step framework evaluasi gue
Namanya Career Compass
Apa itu Career Compass?
Career Compass adalah framework yang gue develop untuk membantu gue memiliki kejelasan soal rencana karir gue ke depannya
Framework ini gue bikin di tahun 2019
Pada waktu itu, gue dihadapkan dengan 3 pilihan yang sangat menarik
Kerja di salah satu dari FAANG (Facebook, Apple, Amazon, Netflix, Google) based di Singapore
Jadi Co-Founder perusahaan edutech
Stay di kantor gue dan kerja langsung di bawah CTO dan CEO
Gue galau setengah mati karena menurut gue mereka bagus banget in their own ways
Di situ gue sadar kalau gue tuh ga bisa cuma compare mana yang lebih bagus
Gue mesti mulai dulu dengan apa definisi bagus buat gue
Gue juga perlu define mana yang akan lebih bermanfaat buat gue dalam jangka panjang
Makanya di suatu Minggu sore, gue duduk sendirian di kafe dan mulai jurnalling
Ini dia prosesnya
STEP 1: Visualisasi
Visualisasikan hidup yang lo inginkan saat umur 45 tahun
Kenapa umur 45 tahun?
Di umur itu kita masih produktif, kalau lebih tua mungkin kita akan berpikir
"Oh gue akan main sama anak cucu aja"
Ada beberapa aspek yang perlu divisualisasikan
Karir
Finansial
Kesehatan
Hubungan
Dampak sosial
Wait, kan kita lagi ngomongin karir
Kenapa memvisualisasikan aspek-aspek lain di hidup?
Nah, sadar atau ga sadar, pilihan karir kita berdampak pada aspek hidup yang lain
Maka dari itu mendingan kita merencanakannya secara holistik dulu
Nanti kita bisa zoom in specifically soal karir
Ini contoh visi karir gue saat usia 28 tahun
Visi karir lo bisa jadi sangat berbeda
Feel free untuk bikin visi gaya lo, misalnya pengen kerja sebagai eksekutif perusahaan besar, dls
Di sini gue gak melakukan preskripsi mengenai kerjaannya harus apa
Tapi gue lebih mengutamakan kira-kira gambaran pekerjaan yang mungkin gue lakukan, seperti
Owner dari multiple bisnis
Investor
Trainer
Consultant
Dosenbuat kit
Ingat juga bikin trade-off nya
Di sini gue menulis, lebih fokus ke long-term gain (reputasi, skill, network) dibandingkan short term gain (kenaikan gaji, title / promotion)
Lakuin exercise ini untuk aspek lain, seperti
Finansial
Physical
Relationship
Community / social project
STEP 2: Menentukan value kita itu apa
Karena tadi kita nentuin apa yang mau di-achieve, value bantu kita untuk memfilter cara yang cocok dan nggak
Cara untuk menentukan value adalah dengan merenungkan kembali kira-kira apa sih hal yang penting buat kita
Ada 2 cara yang biasa gue pake
Membayangkan emosi-emosi yang deep Contohnya, gua merasa gampang kasihan sama orang yang kesusahan dan selalu pengen banget nolong orang itu Dari refleksi itu, gue sadar bahwa compassion adalah salah satu value gue Value buat lo bisa sangat berbeda
Googling Googling list value dan pilih yang cocok sama lo Tulis juga daftar yang menunjukkan action / behavior yang kita lakukan Sebab value itu bisa punya arti beda buat orang lain Salah satu value karir gue adalah excellence Makanya, gue selalu berusaha untuk improve
STEP 3: Tentukan prioritas 2 tahun ke depan
2 tahun itu cukup panjang untuk membuat sesuatu yang meaningful
Tapi cukup pendek untuk nentuin berapa lama akan stay di project atau perusahaan
Terus, gue nge-map lagi 5 komponen tadi dengan apa yang gue butuhin 2 tahun ke depan
So, untuk karir gue memakai teori self-determination
Teori ini membantu kita sadar apa sih yang bikin kita lebih happy di karir, di luar faktor gaji yaitu
Competence: apa yang bisa dipelajari
Autonomy: kebebasan yang didapatkan
Relatedness: bisa jadi diri sendiri
Dari 3 hal ini, prioritas gue saat itu: mempelajari skill langka yang valuable
Gue pengen punya freedom and flexibility untuk melakukan apapun
Sekaligus bisa show up authenticly at work
Aspek financial, health, close relationship dan community cukup di maintain aja
STEP 4: Compare pilihan kita dengan prioritas jangka panjang dan pendek
Beberapa tahun lalu, gue galau dengan 3 pilihan
Stay di kantor
Pindah ke big tech company
Bikin education technology company bareng temen gue
Gue meng compare 3 pilihan tadi dengan vision, value dan self determination theory
Vision: Semuanya sama-sama memberi kesempatan untuk mendapatkan skill yang langka
Value: Semuanya cocok banget sama value gue
Self Determination Theory: Competence - Autonomy - Relatedness
Dari filter terakhir ini, gue akhirnya coret 2 pilihan
Kerja di big tech Gue gak merasa kesempatan otonomi yang ditawarkan cukup besar Karena gue hanya menjadi satu bagian kecil dari perusahaan yang sangat besar Sehingga gue cuma bisa meng execute satu bagian tertentu
Bangun startup Setelah ngobrol sama calon co-founder dan orang-orang yang pernah kerja di startup Akhirnya gue sadar, ada perbedaan yang fundamental dari kita berdua Seperti cara melihat problem dan strategi Ini krusial, karena proses adjustmentnya bakal lumayan susah Akhirnya, gue memutuskan untuk stay, karena
Bisa belajar hal baru, karena lagi menangani project yang langka di Indonesia
Kerja langsung sama CEO dan mentor-mentor yang gue admire
Punya otonomi mengenai gimana cara gue meng-execute project tersebut
Kalau lo prefer untuk nonton versi videonya silakan cek video ini ya
Closing Thoughts
So, gimana caranya tahu itu adalah keputusan yang benar?
Buat gue keputusan yang benar itu bukan keputusan yang hasilnya bagus, tapi
Keputusan yang dibuat dengan proses yang terstruktur
Pake informasi sebanyak mungkin yang kita punya
Full awareness ttg trade-off nya
Gue sangat menyarankan untuk lebih invest di proses pembuatan keputusan daripada sekedar hasilnya
Karena hasilnya seringkali di luar kendali kita
Another tips, kalo lo bingung memilih
Sebenernya lo tidak memiliki pressure karena apapun yang lo pilih, lo akan baik-baik aja
Best of luck buddy!
Content of The Week
Lagi ngerasa pesimis, capek terus, dan ga produktif saat kerja? Mungkin lo lagi mengalami burnout. Gue bahas apa itu definisi, tanda, penyebab dan tip mencegah dan mengatasi burnout.
Dulu tiap minggu malam gue anxious. Karena belum puas libur udah harus kerja lagi. Apalagi kalau weekend gue di luar kota atau jadwalnya padat. Dari pengalaman gue, ada 5 hal yang bikin gue lebih relax menyambut Senin.
Memilih resign memang bukan hal yang mudah. Tetapi kalau lo lagi mengalami 5 hal ini, sebaiknya pertimbangkan untuk resign. Cek lagi pro dan kontra untuk stay atau resign dari perusahaan dan utamakan kesejahteraan diri lo sendiri.
Ketika jadi manager baru, gue sulit delegasiin pekerjaan. Ternyata gue gak sendiri, banyak juga teman-teman gue yang mengalami hal sama. Gue bahas penyebab yang bikin manager baru susah delegasiin pekerjaan dan 3 tips yang bisa lo coba.
Commenti