top of page
Writer's pictureVicario Reinaldo

Framework Yang Gue Pakai Setiap Kali Gue Galau Soal Karir |#22

Termasuk studi kasus waktu gue ada di persimpangan karir



Sejak lulus kuliah 9 tahun yang lalu, gue pernah kerja di 4 perusahaan

Even di kerjaan terakhir gue, gue bisa stay lebih dari 5 tahun

Bukan karena gue berencana demikian


Melainkan dari hasil evaluasi, gue belum menemukan alasan yang kuat untuk cabut

Di episode kali ini gue akan jelasin step by step framework evaluasi gue

Namanya Career Compass


Apa itu Career Compass?

Career Compass adalah framework yang gue develop untuk membantu gue memiliki kejelasan soal rencana karir gue ke depannya

Framework ini gue bikin di tahun 2019

Pada waktu itu, gue dihadapkan dengan 3 pilihan yang sangat menarik

  1. Kerja di salah satu dari FAANG (Facebook, Apple, Amazon, Netflix, Google) based di Singapore

  2. Jadi Co-Founder perusahaan edutech

  3. Stay di kantor gue dan kerja langsung di bawah CTO dan CEO


Gue galau setengah mati karena menurut gue mereka bagus banget in their own ways

Di situ gue sadar kalau gue tuh ga bisa cuma compare mana yang lebih bagus


Gue mesti mulai dulu dengan apa definisi bagus buat gue

Gue juga perlu define mana yang akan lebih bermanfaat buat gue dalam jangka panjang

Makanya di suatu Minggu sore, gue duduk sendirian di kafe dan mulai jurnalling


Ini dia prosesnya


STEP 1: Visualisasi

Visualisasikan hidup yang lo inginkan saat umur 45 tahun

Kenapa umur 45 tahun?

Di umur itu kita masih produktif, kalau lebih tua mungkin kita akan berpikir

"Oh gue akan main sama anak cucu aja"


Ada beberapa aspek yang perlu divisualisasikan

  • Karir

  • Finansial

  • Kesehatan

  • Hubungan

  • Dampak sosial


Wait, kan kita lagi ngomongin karir

Kenapa memvisualisasikan aspek-aspek lain di hidup?


Nah, sadar atau ga sadar, pilihan karir kita berdampak pada aspek hidup yang lain

Maka dari itu mendingan kita merencanakannya secara holistik dulu

Nanti kita bisa zoom in specifically soal karir

Ini contoh visi karir gue saat usia 28 tahun



Visi karir lo bisa jadi sangat berbeda

Feel free untuk bikin visi gaya lo, misalnya pengen kerja sebagai eksekutif perusahaan besar, dls

Di sini gue gak melakukan preskripsi mengenai kerjaannya harus apa

Tapi gue lebih mengutamakan kira-kira gambaran pekerjaan yang mungkin gue lakukan, seperti

  • Owner dari multiple bisnis

  • Investor

  • Trainer

  • Consultant

  • Dosenbuat kit

Ingat juga bikin trade-off nya

Di sini gue menulis, lebih fokus ke long-term gain (reputasi, skill, network) dibandingkan short term gain (kenaikan gaji, title / promotion)

Lakuin exercise ini untuk aspek lain, seperti

  • Finansial

  • Physical

  • Relationship

  • Community / social project


STEP 2: Menentukan value kita itu apa

Karena tadi kita nentuin apa yang mau di-achieve, value bantu kita untuk memfilter cara yang cocok dan nggak

Cara untuk menentukan value adalah dengan merenungkan kembali kira-kira apa sih hal yang penting buat kita




Ada 2 cara yang biasa gue pake

  1. Membayangkan emosi-emosi yang deep Contohnya, gua merasa gampang kasihan sama orang yang kesusahan dan selalu pengen banget nolong orang itu Dari refleksi itu, gue sadar bahwa compassion adalah salah satu value gue Value buat lo bisa sangat berbeda

  2. Googling Googling list value dan pilih yang cocok sama lo Tulis juga daftar yang menunjukkan action / behavior yang kita lakukan Sebab value itu bisa punya arti beda buat orang lain Salah satu value karir gue adalah excellence Makanya, gue selalu berusaha untuk improve

STEP 3: Tentukan prioritas 2 tahun ke depan

2 tahun itu cukup panjang untuk membuat sesuatu yang meaningful

Tapi cukup pendek untuk nentuin berapa lama akan stay di project atau perusahaan

Terus, gue nge-map lagi 5 komponen tadi dengan apa yang gue butuhin 2 tahun ke depan


So, untuk karir gue memakai teori self-determination



Teori ini membantu kita sadar apa sih yang bikin kita lebih happy di karir, di luar faktor gaji yaitu

  1. Competence: apa yang bisa dipelajari

  2. Autonomy: kebebasan yang didapatkan

  3. Relatedness: bisa jadi diri sendiri


Dari 3 hal ini, prioritas gue saat itu: mempelajari skill langka yang valuable

Gue pengen punya freedom and flexibility untuk melakukan apapun

Sekaligus bisa show up authenticly at work

Aspek financial, health, close relationship dan community cukup di maintain aja


STEP 4: Compare pilihan kita dengan prioritas jangka panjang dan pendek

Beberapa tahun lalu, gue galau dengan 3 pilihan

  1. Stay di kantor

  2. Pindah ke big tech company

  3. Bikin education technology company bareng temen gue


Gue meng compare 3 pilihan tadi dengan vision, value dan self determination theory

Vision: Semuanya sama-sama memberi kesempatan untuk mendapatkan skill yang langka

Value: Semuanya cocok banget sama value gue

Self Determination Theory: Competence - Autonomy - Relatedness




Dari filter terakhir ini, gue akhirnya coret 2 pilihan

  1. Kerja di big tech Gue gak merasa kesempatan otonomi yang ditawarkan cukup besar Karena gue hanya menjadi satu bagian kecil dari perusahaan yang sangat besar Sehingga gue cuma bisa meng execute satu bagian tertentu

  2. Bangun startup Setelah ngobrol sama calon co-founder dan orang-orang yang pernah kerja di startup Akhirnya gue sadar, ada perbedaan yang fundamental dari kita berdua Seperti cara melihat problem dan strategi Ini krusial, karena proses adjustmentnya bakal lumayan susah Akhirnya, gue memutuskan untuk stay, karena

  • Bisa belajar hal baru, karena lagi menangani project yang langka di Indonesia

  • Kerja langsung sama CEO dan mentor-mentor yang gue admire

  • Punya otonomi mengenai gimana cara gue meng-execute project tersebut

Kalau lo prefer untuk nonton versi videonya silakan cek video ini ya


Closing Thoughts

So, gimana caranya tahu itu adalah keputusan yang benar?

Buat gue keputusan yang benar itu bukan keputusan yang hasilnya bagus, tapi

  • Keputusan yang dibuat dengan proses yang terstruktur

  • Pake informasi sebanyak mungkin yang kita punya

  • Full awareness ttg trade-off nya

Gue sangat menyarankan untuk lebih invest di proses pembuatan keputusan daripada sekedar hasilnya

Karena hasilnya seringkali di luar kendali kita


Another tips, kalo lo bingung memilih

Sebenernya lo tidak memiliki pressure karena apapun yang lo pilih, lo akan baik-baik aja

Best of luck buddy!


Content of The Week

Lagi ngerasa pesimis, capek terus, dan ga produktif saat kerja? Mungkin lo lagi mengalami burnout. Gue bahas apa itu definisi, tanda, penyebab dan tip mencegah dan mengatasi burnout.

Dulu tiap minggu malam gue anxious. Karena belum puas libur udah harus kerja lagi. Apalagi kalau weekend gue di luar kota atau jadwalnya padat. Dari pengalaman gue, ada 5 hal yang bikin gue lebih relax menyambut Senin.

Memilih resign memang bukan hal yang mudah. Tetapi kalau lo lagi mengalami 5 hal ini, sebaiknya pertimbangkan untuk resign. Cek lagi pro dan kontra untuk stay atau resign dari perusahaan dan utamakan kesejahteraan diri lo sendiri.

Ketika jadi manager baru, gue sulit delegasiin pekerjaan. Ternyata gue gak sendiri, banyak juga teman-teman gue yang mengalami hal sama. Gue bahas penyebab yang bikin manager baru susah delegasiin pekerjaan dan 3 tips yang bisa lo coba.

20 views0 comments

Commenti


bottom of page