Dan 5 lesson yang berguna buat lo kalau lo menghadapi situasi serupa
Gue pernah mengalami situasi dimana gue ga sadar kalau gue diminta mengerjakan hal yang di luar tanggung jawab gue
Beberapa tahun yang lalu, ada sebuah project baru di kantor
Project ini adalah sebuah project kunci yang diinisiasi oleh salah satu C Level Executive
Dia berhasil mengumpulkan beberapa volunteer untuk mengeksekusi project ini
Lalu dia pun mencari seorang Program Manager (versi lebih senior dari Project Manager) untuk memimpin project ini
Sewaktu gue melihat projectnya, gue sangat tertarik buat take part
Gue dapat kesempatan untuk kerja sama C Level, kolaborator yang oke, dan project yang menantang
At the same time, gue merasa insecure mengenai kemampuang gue untuk mengerjakan project tersebut
Gue lalu mengadakan kick off untuk membahas arahan dari project tersebut
Dari kick off tersebut udah cukup kebayang mengenai apa aja yang perlu kita lakukan
Lalu kita pun membagi tugas di antara kita semua
Setelah beberapa bulan projectnya berjalan, kami ga membuat progress seperti yang kami harapkan sebelumnya
Padahal gue sebagai Program Manager udah bikin timeline yang jelas, check in secara berkala, dan bahkan kerja sampai weekend
Si C Level ini juga sangat involved dengan ngasi masukan berkala dan selalu nanya apa yang dia bisa bantu
Ga cuma itu, project ini bikin wellbeing gue turun banget
Gue merasa kok gue ngerjain project tapi ga keliatan progressnya
Gue juga jadi mempertanyakan apakah gue good enough untuk ngelead project ini
Situasi ini bikin working team memutuskan untuk melakukan retrospektif
Retrospektif adalah proses dimana kita merefleksikan perjalanan project so far sehingga bisa melihat dengan lebih objektif bagaimana sebaiknya next step yang kita ambil
Dari hasil retrospektif tersebut gue mendapatkan 5 buah lesson berharga
Lesson 1: Ruang lingkup projectnya terlalu luas
Semakin ditelusuri, ternyata kami mencoba memecahkan masalah struktural dengan pendekatan taktikal.
Ga heran biarpun banyak hal yang kita lakukan, dampak yang kita hasilkan ga seberapa
Dari situ kami belajar kalau kami mengunderestimate skala project yang kami kerjakan pada saat itu
Terus kenapa ga diselesaikan dong masalah strukturalnya?
Lesson 2: Paham batasan dari kapasitas project
Untuk memecahkan masalah struktural, kami membutuhkan tim yang full time
Sayangnya saat itu tim kami isinya orang orang yang volunteer
Gue udah coba untuk minta kapasitas tambahan tapi belum dapat
Sehingga kita harus realistis mengenai seberapa banyak output yang bisa kita deliver
Lesson 3: Manage ego
Dari hasil retrospektif tim, kami menyampaikan penemuan kami kepada C Level tersebut
Jujur ini ga mudah karena kami kan maunya terlihat bisa diandalkan mengerjakan semua masalah oleh atasan kita
Nah kalau kita memilih untuk keliatan sok kuat, malah berbahaya buat kita semua.
Akhirnya kita menyingkirkan ego dan sharing apa adanya sama beliau
Lesson 4: Great leaders listen and understand
Waktu kita jelasin ke leader tersebut, dia terlihat kecewa tapi paham dengan situasi yang kita hadapi
Buat gue personally, gue makin respect sama dia karena artinya dia bukan tipe leader yang gamau tau
So situasi kayak gini tuh bagus banget untuk stress test seberapa oke leader yang kita punya
Lesson 5: Go slow to go fast
Kami pun sepakat untuk melambakan progress di project tersebut sambil menunggu langkah selanjutnya dari leader kita
Leader kita akhirnya berhasil mengumpulkan sebuah tim yang mau ful time untuk menyelesaikan masalah tesebut
Gue join ke tim tersebut dan membantu menyelesaikannya
Pengalaman tersebut probably salah satu pengalaman paling stressful yang gue hadapi di kerjaan
At the same time, reward secara skill project management, stakeholder management, dan stress managementnya se oke itu
Gue sengaja share ini ke temen temen semua supaya lo bisa menggunakan lesson yang gue pelajari sebagai tool untuk menghadapi situasi serupa
Dan setiap kali lo merasa gagal dalam mengerjakan sebuah project baru, you are not alone
We get your back buddy 🙂
Content of the week
Di beberapa situasi, kita bisa kok menolak arahan dari atas. Tentunya dengan pertimbangan yang matang dan demi kebaikan bersama. Sayangnya, gak semua orang berani dan tau caranya. Gue share 5 step untuk say no ke bos dengan respectful di video ini.
Selama ini kita diajarkan bahwa untuk jadi bahagia kita perlu kerja keras sehingga bisa sukses. Psikolog Harvard merombak habis-habisan formula itu. Ternyata ada formula kesuksesan yang lebih valid dan 5 tips untuk mencapainya.
Kita sering mengira keberuntungan itu seperti suatu hal yang ajaib dan tidak bisa dikontrol. Setelah gue membaca buku “Chase, Chance, and Creativity” gue sadar ternyata keberuntungan itu bisa diciptakan. Ada 4 jenis keberuntungan dan cara mengupayakannya.
Banyak informasi yang membahas cara manager mengelola bawahan, tapi jarang banget yang membahas tentang cara bawahan mengelola atasan. Gue menerapkan ilmu managing up ketika menghadapi konflik dengan atasan. Gue cerita lengkap di sini.
Comments